Aku Baik-baik Saja, InsyaAllah
Saat ini malam Senin, dini hari, pukul 00.24 wib. Kost dhanisa sudah sunyi senyap, tidak heran, memang sudah waktunya tidur.
Aku baru saja merebahkan badan, setelah wudhu dan mengibas kasur. Rasanya efek kafein masih ada sehingga aku belum merasa mengantuk. Atau, bisa jadi karena 2 jam ke belakang tadi, aku sibuk merapihkan data, maksudku foto dan video dari hape sebelumnya. Entah kenapa selalu bersemangat merapihkan data, seolah mengerjakan projek paling urgent. Lumayan menyita fokus.
Aku bukan hendak bercerita tentang foto atau video. Beberapa hari terakhir, sering muncul di benakku, bahwa aku bersyukur masih memiliki hal yang bisa aku kerjakan dan aku suka mengerjakannya, juga pertemanan dari beberapa komunitas. Seolah terjawab mengapa dari sejak kecil sampai sekarang, aku suka terlibat di kegiatan di luar rumah atau bersama-sama sebuah kelompok.
Hari ini usiaku masih 32 tahun, lebih sekian bulan (bukan sedang milad). Apakah itu hanya sebuah angka biasa dan tidak bermakna? Jujur, masih ku pertimbangkan. Antara iya atau tidak.
Jika Iya.. mungkin karena aku menilai standar capaian hidup tidak bisa dibatasi dengan angka. Kalau referensinya "capaian hidup ditentukan dengan angka usia", artinya aku hidup di bawah standar seperti belum menikah, belum punya anak, belum punya rumah, belum punya mobil, dan kepemilikian yang prestige lainnya untuk orang-orang seusiaku.
Jika tidak.. mungkin karena aku menilai itu tentu bukan angka yang pendek, melainkan angka yang sangat bermakna. Begitu banyak hal terjadi, suka duka, jatuh bangun selama waktu tersebut. Pelajaran hidup terus mengisi setiap momen yang terjadi yang sebagiannya masih sangat diingat karena paling berkesan atau bisa jadi memalukan. Bukan hal yang mudah mencari jati diri bahkan tujuan hidup di dunia, waktu berperan penting dalam hal tersebut.
Begitu.
Balik lagi, soal bersyukur karena sibuk. Kenapa? Ya, aku merasa waktu untuk memikirkan hal yang tidak berfaedah jadi berkurang. Seperti, insecurity yang tak ada habis-habisnya sebab aku terlalu membandingkan diri sendiri dengan pencapaian orang lain. Dengan sibuk banyak hal, aku bisa terus tersenyum mensyukuri hal-hal kecil yang Allah hadiahkan setiap harinya.
Ku pikir hidup akan baik-baik saja, insyaAllah, selama aku terus berpegangan pada tali Allah. Goyang dikit, harusnya ga ngaruh. Hehe. Karena tujuan yang jelas, ujungnya kemana. InsyaAllah hidupku akan baik-baik saja, selama aku terus memupuk husnudzan pada Allah bahwa apa yang aku hadapi setiap harinya adalah takdir terbaik dari-Nya.
Aku hanya berharap pada orang-orang yang memiliki harapan besar padaku, dalam hal ini tentu saja orang tua, tuk bisa berlapang dada sekiranya hidup anakmu ini belum seperti pada umumnya. Anggap saja, Allah sedang mendidikku agar bisa lebih siap menjalani hari-hari ke depannya. Jangan sedih ya, anakmu InsyaAllah baik-baik aja di sini. Terus langitkan do'a agar Allah selalu menerangi jalanku, menguatkan diriku, dan menjagaku dari fitnah.
Comments
Post a Comment