Book Review - Psychology of Money

Buku "Psychology of Money" menjelaskan sudut pandang dan hasil observasi penulis tentang uang. Bisa dibilang menarik karena menyajikan banyak sekali cerita/kisah yang kemudian dikaitkan dengan keuangan. Di awal chapter membahas kisah seorang pekerja biasa dengan penghasilan rata-rata, hidup dengan sederhana, dan terus menabung (berinvestasi) sampai menjelang akhir hidupnya, yang membuat banyak orang kaget adalah total hartanya diatas rata-rata! kemudian didonasikan seluruhnya untuk sekolah/perpustakaan. It's a legacy.

Lalu kisah menarik lainnya soal seorang artis terkenal asal Amerika yang bingung kemana perginya semua uang yang banyak itu sementara pada waktu lainnya dia berbelanja mengeluarkan uangnya tanpa pikir. Agak satire, penulis mengatakan, apakah konsultan keuangannya harus mengatakan dengan gamblang bahwa "dengan anda membeli itu, uang anda akan berkurang?".

Tanpa kita sadari keputusan terkait uang itu ditentukan berdasarkan emosional semata, bukan hitung-hitungan di atas kertas. Sebagai contoh, kita menilai orang yang membeli ini dan itu dinilai sebagai orang yang mampu atau bahkan kaya. Padahal yang tepat adalah orang itu mengeluarkan uangnya, menukar uangnya dengan barang, dan pada saat itu juga uangnya berkurang.

Apakah dengan begitu kita tidak perlu membeli barang? eits, jangan salah paham. Belilah sesuai kebutuhan dan perhitungan yang matang. Bukan cuma FOMO, bukan ikut-ikutan, dan pastikan bukan untuk dapatkan validasi dari orang lain. Jika kita butuh dan mampu, belilah dengan cash/tunai. Selain itu, jangan memaksakan diri memiliki barang yang tidak mampu kita beli. Alih-alih mengambil kredit, lebih baik mengumpulkan uang sambil mengevaluasi sebutuh apa kita akan barang tersebut.

Seorang podcaster berkata "Kebahagiaan kita ketika memiliki sebuah barang itu hanya bertahan sebentar". Ketika saya gugling memang ada penelitiannya diantara para psikolog dan sosiolog. Sebuah artikel dari Kompas yang mengutip kalimat dari seorang psikolog asal Cornel University, "Want happiness? buy experiences, not things"

Namun akan menjadi case yang berbeda ketika sesuatu yang dibeli itu justru menjadi investasi atau menambah pemasukan kita. Bahkan kalau sudah berada di next level, akan berpikir bagaimana caranya menghasilkan kebermanfaatan atas harta yang dipunya seperti kisah di chapter pertama. Sayangnya saya -khususnya- dan mungkin banyak orang lainnya hanya menghabiskan uang untuk sesuatu yang sebenarnya ga butuh-butuh amat atau hanya untuk agar dilihat keren/mampu tanpa pikir panjang (apalagi sampai mencicil dan sebagainya). At the end of the day, hal tersebut hanya akan menjadikan kita selalu tidak pernah merasa cukup dan tidak tahu kapan harus merasa cukup.

Untuk lebih lengkapnya silakan dibaca bukunya ya. Semoga sharing ini bermanfaat. see you!

Comments

Popular posts from this blog

Kolam Renang Khusus Wanita di Bogor