Backpackeran ke Desa Dieng Part 1

Kereta tujuan Purwokerto datang tepat waktu, kami bergegas menaiki kereta dan mencari kursi yang sudah kami pesan sebelumnya.

Aku dan adikku sebenarnya dapat kursi di gerbong yang berbeda, dan pastinya ga mungkin membiarkan dia sendiri di gerbong satunya. Ya kaan..

Tak disangka, Ryna mengeluarkan bakat negosiasinya ke mas2 yang pesan kursi sejajar dengan aku dan Ryna, lalu dia mau mengalah tukar kursi dengan adikku. Thankyou mas yg baik hati! Hihi

Dari tiket kereta perkiraan kami sampai Purwokerto jam 8 pagi. Kondisi AC yang tidak dingin bikin kurang nyaman tapi ya itulah seninya backpackeran, menikmati setiap perjalanan.

Beberapa kali kereta berhenti untuk bergantian rel, seru sih, maklum terakhir naik kereta ke Jawa itu januari tahun 2018, jadi berasa seperti udah lama sekali gak naik kereta Jawa..

Skitar pukul 5 pagi, saat kami hendak shalat subuh, 2 bapak yang kursinya menghadap kami turun di stasiun Banjar. Alhasil kami bisa sholat dengan lega dan sedikit meregangkan kaki.. Alhamdulillah.

Pukul 08.30, kami sampai di Purwokerto..dan menariknya, kami belum tau ke Dieng mau naik moda transportasi apa. 😆 Pokoknya jalan aja dulu. Iseng tanya satpam, beliau sarankan kami ke terminal Purwokerto naik bis Wonosobo, dari Wonosobo naik bis Dieng.

Ada sih semacam shuttle bis gitu dari KAI yg langsung ke Dieng. Tapi ada jam2nya, dan jam terdekat itu jam 10 pagi, masih satu setengah jam lagi. Kamipun ikuti saran pak satpam.

Walaupun perjalanan backpacker nya terasa sekali karena Ngeteng, tapi sepanjang jalan ada aja hal yang bikin ketawa. Bersyukurnya sih ajak adik, ternyata dia bisa jadi bahan bully kami.  Ehh.. Haha. Maaf ya dek.. Lucu-lucuan aja dan dia orangnya ga gampang tersinggung. Jadi seru.. Ditambah lagi cara supirnya ngomong ga trlalu jelas

"sobbo..sobbo..yoboo..yoboo.."
"yeng..yeng..yeng.."

😅😅😅
Bikin ngakak..

Hampir aja kebablasan karena ga paham itu dia ngomong paan. Wkkw.

Ya, Kurang lebih 6 jam perjalanan kami dari stasiun Purwokerto ke Dieng.


Perjalanan macet sekali karena kami datang di hari Minggu, pasti ramenya. Kata ibu2 disebelahku mah, "bisanya ndak gini kok, ini rame karena pada penasaran sama salju di Dieng, yang hanya ada saat musim2 sekarang, musim kemarau."

Bahkan saya pun lupa kalau di Dieng ada fenomena salju, hihi pokoknya mah niat liburan aja.

Sampe Dieng jam 3 sore, perut sudah keroncongan, beli cilok 5rb lumayan isi perut, lalu kami mampir ke warung makanan ga jauh dari tempat bis menurunkan kami.



Selesai makan, kami harus jalan kaki 500m lagi untuk sampai homestay. Sampai disana, homestay yg kami pesan sudah di booking orang lain tapi pemilik homestay sangat baik, dia memindahkan kami ke homestay di tempat saudaranya yang harganya lebih mahal dari homestay yg kami pesan. MasyaAllah.

Dari Johar syariah homestay pindah ke Lidah Buaya syariah Homestay. Bersih dan wangi, lengkap dengan kamar mandi di dalam plus ada keran air hangatnya. Waw Alhamdulillah.


Agenda selanjutnya adalah bersih2 dan sholat, lalu istirahat sebentar hingga isya. Lalu cari makan malam dengan motor sewaan. Kami sewa 2 motor untuk 24 jam, agar memudahkan jika perlu kemana2.


Malam itu dengan penuh kabut di jalan, stelah isi bensin, kami cobain Mie Ongklok, makanan khas Wonosobo katanya. Kedainya rame sekali jadi cukup antri lama.


Selesai makan sekitar jam stengah 9 malam, setelah beli pop mie dan susu beruang di warung kami balik ke homestay, cuaca yg semakin dingin dan badan yg mulai terasa lelah membuat kami ingin buru2 ke pulau kapuk. Tidur dan bersiap dengan petualangan di esok hari! 😊

To be continue...

Makasi dah mau bacaa :)

Yang mau baca drama kami di awal2 perjalanan boleh dibaca juga ya:
https://nhasnif.blogspot.com/2019/07/drama-awal-perjalanan-ke-dieng.html?m=1

Untuk cerita part 2 bs baca di link bawah ini:
https://nhasnif.blogspot.com/2019/07/backpackeran-ke-desa-dieng-part-2.html?m=1

Comments

Popular posts from this blog

Kolam Renang Khusus Wanita di Bogor