Penghuni Rumah Qur'an

Keinginan itu tidak tau kapan munculnya, keinginan untuk menjadi bagian dari penghuni Rumah Qur'an. Membayangkannya saja tidak sanggup, karena diri ini penuh keterbatasan. Namun terlintas dalam pikiran untuk mencobanya. Bertepatan sekali dengan keluarnya aku dari Mess, saat itu mengalir begitu saja, dari mulai mencari informasi tentangnya, orang-orang yang sudah bergabung sampai pada hadir untuk tes wawancara. 

Rumah Qur'an. Rumah yang sederhana. Terletak di beberapa kampus di jabodetabek seperti IPB, UI dll. 

Wawancara berjalan hampir 2 jam. Aku tak mengira selama itu. Tebakanku pun salah. Selama interview tidak ada pengetesan bacaan Al Qur'an, yang ada hanyalah pertanyaan-pertanyaan seputar komitmen. Aku hanya pasrah karena rasanya jawabanku tidak ideal. Terlebih ketika datang sebuah pertanyaan.

"apabila sewaktu hari nanti, kerjaan kamu pindah ke tempat yang lebih jauh. karena itu kamu jadi sering telat datang di kegiatan rutinan. Jika harus memilih, apa yang kamu pilih? kerjaan atau qur'an?"

...

pertanyaan seperti itu lantas membuatku jatuh tak berdaya. aku menjawab sesuai fakta saja. aku memilih kerjaan. 

"berarti kamu belum percaya pada Al Qur'an"

#jleb

ku mencoba menenangkan diri. air mataku hampir tumpah, namun ku tahan sebisa mungkin. aku berkilah mempertahankan pendapat, menjelaskan kenapa aku memilih kerjaan dan fix aku merasa aku bukanlah orang yang tepat untuk bisa hidup di rumah tersebut.

pernyataan orang itu terus menerus mengudara di kepalaku. Benarkah? Ya memang mungkin terlalu cepat bagiku mengatakan hal tersebut tanpa melakukan negoisasi pada diri sendiri. Seharusnya aku bisa menjawab aku akan mencari kerjaan yang lebih dekat. walaupun itu sulit. atau apalah yang menyakinkan bahwa aku benar-benar berkomitmen untuk bisa menjadi bagian dari penghuni rumah qur'an.

tubuhku lunglai. mataku menatap lekat langit senja kala itu. aku ikhlas apapun hasilnya.

***

3 hari berlalu sejak wawancara itu. aku semakin yakin aku tidak di terima. aku pun menyusun rencana selanjutnya untuk mencari kosan dan sebagainya.
Namun di suatu pagi, sebuah pesan whatsapp masuk. ku baca dengan seksama. ku diam, sambil tergelepoh di depan setrika kala itu, aku merenung. benarkah?
Alhamdulillah. Tapi..

Segera ku kabari kawanku yang baru saja bangun tentang pesan tersebut. Dia berbinar matanya. "Alhamdulillah mba. kok keliatan ga seneng?"

"bukan begitu. aku hanya sedang berpikir"

2 hari lamanya aku tak membalas pesan itu, sesekali ku tengok dan mencoba membalasnya. namun ku urungkan. aku harus istikharah, pikirku. karena aku diliiputi kebingungan. aku tidak mau keputusanku terlalu tergesa-gesa.

***

Setelah ku timbang dan analisa, juga meminta pendapat orang-orang terdekat. Aku memilihnya. Dengan cepat ku ketik balasan bahwa aku akan segera pindah dalam waktu dekat. Butuh waktu untuk mengemas barang-barang yang di perlukan dan membawa pulang barang yang tidak terlalu di perlukan. 

Pekan depan InsyaAllah akan menjadi hari pertamaku menjadi penghuni Rumah Qur'an. Beberapa waktu yg lalu, Saat pindahan sudah bertemu dengan calon-calon teman sekamar. Satu kamar isi 8 orang dengan ranjang bertingkat dan 1 kamar mandi. Aku hanya berharap dan banyak berdo'a semoga Allah lancarkan aktivitasku sehingga tujuanku tercapai dan semoga Allah luruskan niatku hanya untukMu, hanya untuk mengharap keridhoanMu.

Aamiin..

Comments

Popular posts from this blog

Kolam Renang Khusus Wanita di Bogor