Usus Buntu Part 5

Dugaan usus buntu belum pasti, malah ditambah dengan dugaan infeksi indung telur. Kami pulang dengan tangan hampa. setelah mengantarku pulang, mama dan tetehku yang kedua berangkat ke RS Graha. Sampainya disana, ternyata Lab Radiologi RS tersebut tidak memiliki alat USG untuk Usus Buntu/Appendix. Sehingga pihak RS menyarankan untuk cek di Dr Irenne, salah satu dokter radiologi yang punya alat USG untuk Appendix. Akhirnya, kami dapat jadwal USG jam 5 p.m di rumah Dr. Irenne. Untungnya tak jauh dari rumahku. Pada waktu itu, feelingku mengarah ke infeksi indung telur karena memang pada hari saat perut sakit, keputihan muncul banyak sekali. Namun ku tepis jauh2,bersabar menunggu tibanya jadwal periksa. 

Rumah Dr. Irenne sudah dipenuhi dengan banyak orang. Ruang menunggu hanya ada 2 baris bangku, aku dan mama menunggu di bangku depan. Tiba waktu magrib, antrian masih berada di nomor 5. Sambil menunggu, kami mencari masjid dan melaksanakan sholat magrib dan kembali ke sana setelah selesai. 

“Nn.Nurhasni Fadilah silahkan masuk” panggil mbak2 FO saat jam menunjukkan pukul 7 p.m.

Akhirnya penantian berakhir, aku masuk ruang periksa. Seperti USG pada biasanya, diberi olesan gel diseluruh perut. Terus ada 2 alat USG, Satu untuk cek perut secara keseluruhan dan satunya lagi untuk Usus Buntu. Setelah itu, kami diminta menunggu hasil foto jadi. Setelah membayar administrasi, berkas USG diberikan ke kami. Pelan2 kami buka hasil USG, hanya ada foto hitam putih. Tidak menghasilkan info apa2, karena tidak bisa baca fotonya (hehe, maklum orang awam). Tetapi, ada catatan disampingnya : Usus buntu Akut. 
Jleb! 

Melihat jam masih jam 7.30 pm. Kami teringat, Dokter tadi pagi bilang kalau ingin konsultasi, beliau masih ada di RS Graha sampai jam 8 p.m. Kamipun memutuskan untuk menemui dokter tersebut. Tidak lama kemudian, Papa nelpon.
“mah, gimana hasil USGnya?” 
“Positif usus buntu pah. Mama ke RS Graha sama dilah ya, maukonsultasi sama dokter bedah yang tadi pagi”

Jarak rumah Dr.Irrene ke RS Graha hanya membutuhkan waktu kurang dari 15 menit. Dengan cepat ku kendarai motor, berharap sang dokter masih ada di RS. Alhamdulillah beliau masih di ruangannya. 

“Dok, ini hasil USGnya” ucap mama sambil memberikan berkasUSG
“Hasilnya menunjukkan anak ini (maksudnya saya) positif usus buntu, bu” jawab dokter
“terus gimana dok? mesti dioperasi ga atau ada obat untuk menghilangkan nyerinya?” Tanya mamalagi
“Kalo kita liat, ini sudah dalam masa penyembuhan bu. Operasi terbaik itu pada saat sakitnya muncul, sehingga kita ga susah untuk ‘nyongkel2’ususnya.”

Aduh, denger kata ‘nyongkel’ jadi merinding. Nyongkel teh bahasa Indonesia yang baik dan benarnya, di cukil. ngerti kan?

Kemudian dokter melanjutkan, “Tapi, yang namanya Usus buntu, jalan satu2nya ya di operasi. Obat penghilang nyeri itu hanya menipu, padahal organ dalamnya masih sakit. Kondisi Usus buntu terbagi menjadi 2: Usus buntu yang belum pecah sama yang udah pecah.” (jelas dokter sambil menggambarkan diagramnya)

“Kalo yang belum pecah, bisa kumat 2x/tahun. Dan kalau dibiarkan terus bisa pecah. Nah, kalo udah pecah, jaitan operasinya lebih lebar, bu. Kita harus ngebedah seluruh ususnya, karena cairannya nyebar kemana2 dan penyembuhan bisa lebih lama.” lanjutnya.

“nah, jadi sekarang terserah ibu, tergantung anaknya(maksudnya saya) juga mau dioperasi apa nggak. karena kita ga bisa maksa orang yang -udahdalam masa penyembuhan- untuk operasi. kalo mau di operasi bisa kita urus langsung“ 

Kami sampaikan bahwa hal ini harus di bicarakan dengan keluarga besar. Banyak hal yang harus dipikirkan, masalah biaya dan lainnya.Kemudian kamipun pulang.
setelah sampai rumah, kebetulan papa sedang nonton TV dan adik2ku sedang belajar di ruangan yang sama. Teteh turun dari kamarnya ikut nimbrung. Mama menyampaikan hasil konsultasi dan berkas USG ke semuanya. Sebagai kepala keluarga, papa langsung memutuskan “yaudah operasi aja. gapapa yang penting sembuh.”

saat serius2nya begitu, adikku nanya “emang teteh sakit apa?”
“usus buntu.” jawabku
“teteh sih, harusnya tuh makanannya di kasih denah lokasi biar ga nyasar”
sontak semua tertawa. gaje, dia pikir usus buntu kayak undangan pernikahan.

bersambung...

Comments

Popular posts from this blog

Kolam Renang Khusus Wanita di Bogor