Usus Buntu Part 3

“mbak, tanjung karang, rajabasa? sini sini naik travel. 3 oranglagi” Tanya orang itu ke mbak2 yang disampingku.

“Ya.” jawab mbak itu singkat.

Tiba2 pikiranku berubah, segera ku tanya sama mbaknya “mbak tanjung karang juga ya? jadi naik travel mbak?”

“ya mbak. males saya kalau harus turun dan nyari2 lagi,kadang suka ga dapet apalagi dah malem gini”.

Karena ada temennya, jadi akupun memutuskan untuk ikut mbaknya ngekor di belakang mas2 travel tadi. ternyata benar dugaanku, mereka agen illegal. Ya, Daripada ga dapet travel, lagipula ada teman wanitanya. kami berjalan di rute mobil keluar dan kemudian ia mengambil motor dan membonceng kami. Jadi, 1 motor bertiga, aku paling belakang. 

Kalau travel legal, mobil travelnya sudah stand by di depan pelabuhan, tapi kalau illegal biasanya ditempat yang agak jauh dari pelabuhan sehingga mereka sedia motor untuk membawa calon penumpangnya. untungnya, sampai disana mobil yang akan membawa kami sudah penuh sehingga mobil langsung jalan. pada saat itu yang wanita hanya kami. jadi kami berdua di tempatkan di sampng supir.

Haripun semakin larut, yang nampak hanya mobil dan bus2 saling menyalip, menuju tujuan masing2. 

“mbak, saya ngerokok gapapa ya? bentar aja. saya ngantuk”Tanya supir minta izin

dengan sedikit tidak rela, kamipun menjawab, “iya pak”.

Jendela mobil di buka, angin malam menerpa mukaku. Dingin. Mungkinia mengucapkan “selamat datang di sai bumi ruai jurai”. Pikiranku melayang mengingat mama dan papa, aku baru sadar belum mengabarkan mereka bahwa sudah sampai lampung. Tanganku sigap merogoh kantong jaket mencari hp, karena kondisinya sempit sekali sehingga tanganku tidak berhasil menggapai hp. Semakin malam, semakin sunyi. para penumpang tertidur melepas lelahnya, tidak terkecuali aku. Perjalanan dari pelabuhan bakau ke rumahku sekitar 2 jam. Mungkin aku akan sampai di rumah larut sekali.

satu persatu penumpang turun, tiba di teluk penumpang masih 6 orang. aku dan mbak itu juga 4 penumpang laki2 lainnya. Samar2 terlihat bunderan masjid Al Furqan, masjid terbesar di Lampung. biasanya mobil akan belok, tapi ternyata tidak. ia melaju lurus menuju rajabasa. Ingin rasanya bilang, “pak, rumah saya disana, saya duluan yang dianter”. tapi ku pendam dalam2, takutnya di marahi “kenapa ga bilang daritadi”. padahal di awal sebelum naik mobil, penumpang sudah ditanyai akan kemana. aku pikir supirnya lupa. 

Mobil terus berjalan, sampai didepan IBI Darmajaya, ia nanya “mbak yang itu (maksudnya saya), mau kearah mana?”
“arah BPK Penabur pak, yang deket Pahoman itu, Jl. H.Said,kota baru. udah lewat” Jawabku agak kesal
“oh iya nanti ya, nganter yang di deket2 sini dulu” jawabnya tanpa merasa bersalah
3 penumpang laki2 turun, sisa 3 penumpang lagi. tak lama kemudian mbak itu turun di perumahan mana gitu (agak lupa). Pada akhirnya akusendiri, tapi untungnya masih ada 1 penumpang lainnya.

tiba2 hp berbunyi, ada telpon dari mama.
“dil, udah nyampe mana?” Tanya mama khawatir

“di rajabasa mah, tadi kelewat. mama belum tidur?” jawabku

“gimana mau tidur, mikirin anak, malam2 gini belum nyampe.kok jauhnya. harusnya tadi minta anter duluan.” 

“iya mah, bentar lagi kok nyampe. tinggal 2 penumpangnya. mama tidur aja duluya”.

waktu menunjukkan pukul 00.20 wib, berharap aku yang diantar duluan, tapi dugaan salah, sang supir malah mengantarkan 1 penumpang laki2 terakhir di depan hotel nusantara bypass. Padahal jarak rumahku masih agak jauh. Istighfar banyak2, ikhtilat sama bapak supir. Sepanjang perjalanan, aku hanya diam, mencoba berpikir positif.

bersambung...

Comments

Popular posts from this blog

Kolam Renang Khusus Wanita di Bogor