Usus Buntu (END)

Beberapa temen yang orang bogor asli, ku tanyai RS di Bogor yang recommended yang mana. Ada yang bilang RS. Marzuki mahdi, namun karena jaraknya yang jauh dari kosanku dan keluarga ingin RS yang dekat-dekat saja. RS PMI jadi pilihan waktu itu. Kursi tunggu depan pendaftaran poliklinik sudah terisi dari ujung ke ujung. Betapa ramainya, pikirku. Mama langsung ke loket untuk mendaftar. Pendaftaran selesai dan arsip rekam medis sudah di dapatkan, kami berjalan menuju poli bedah.  Sampai didepan ruangan bedah, untungnya tidak begitu ramai dan kami mendapat tempat duduk. Lima belas menit kemudian, namaku di panggil.

“Pasien a/n Nurhasni fadilah silahkan masuk”


Ku pikir akan langsung di periksa, ternyata tidak. Dokternya belum datang, seru si perawat. Kemudian ia mengajukan beberapa pertanyaan mengenai keluhanku. Setelah itu, aku diminta untuk menunggu di luar. Pasien yang lain juga sama. Jam terus berputar, dokter tak kunjung datang. Adik-adikku sudah rewel kelaperan, akhirnya mama berinisiatif beli jajanan seperti risol dan kawan-kawannya. Pikiranku hanya tertuju pada luka itu, berharap tidak akan di operasi lagi. Ku sms temanku, dia juga pernah mengalami operasi usus buntu.

“ukh, dulu setelah operasi usus buntu. bernanah ga?”
“gak. kenapa ukh?” balasnya
“luka operasi hasni bernanah trus sekarang berlubang gitu..hiks hiks.. doain biar ga operasi lagi. ngeri” balasku sekalian minta doanya
kemudian ia membalas lagi, “HASNI…HASNI.. makanya Jangan aneh2. Istirahat total. TOTAL!!“

3 jam kemudian namaku di panggil lagi. Entahlah jam berapa dokternya datang. Aku masuk ke ruangan di temani mama. Mungkin karena dokternya telat sehingga pasien beliau cukup ramai waktu itu. Sehingga sekali panggil, 3-4 pasien masuk bersamaan. 

Di ruangan itu terdapat sekat-sekat yang dibatasi dengan gorden. Giliranku di periksa, perawat membuka kain kassa yang di tempel oleh adikku kemarin sore. Mama melihat langsung luka yang terbuka itu.

“mm, jadi banyak yang kebuka gitu. ada tiga” seru mama

Mendengarnya berkata begitu, aku jadi merinding. Padahal kemarin hanya 1 lubang, bisa begitu cepat kuman berkembang biak. Seperti lubang semut, katanya. Jadi lukanya itu, berlubang namun diameternya kecil dan adatiga buah (bisa bayangkan sendiri gimana ngerinya itu). 

“oh gak kenapa2 ini mah bu. harus sering2 di bersihin ya. Cumainfeksi biasa”. jelas si perawat.
dalam hati ku berkata, “Jah…infeksi biasa. 21 tetes madumasuk, infeksi biasa? tapi aamiin aja deh semoga bener”
Kemudian ia memanggil dokter. Setelah dokter melihat lukaku. Ia meminta perawat untuk membersihkan dan menutupnya dengan kain kassa. 

“sehari dua kali ya bu di bersihin. Di pencet sampai nanahnya keluar terus di kasih betadin. kalau sudah dibersihkan tutup lagi dengan kain kassa”. ucap dokter pada mama

Kami keluar ruangan dengan tidak puas, karena tidak punya banyak waktu untuk konsultasi dengan dokternya. Pasiennya sedang banyak. Setelah membayar biaya administrasi dan meminta surat izin dokter, kamipun pulang. Hari-hari setelah itu, mama membantuku membersihkan luka tersebut. Pagi dan sore. Begitu ikhlasnya seorang ibu, luar biasa. 

3 hari kemudian, pagi hari ketika mama akan membersihkannya. Ia kaget. Terlihat dari ekspresinya. Ternyata 3 lubang itu sudah jadi 1. Diameternya tentu jadi lebih besar. Juga, bagian sebelah lubang itu juga bernanah. Sebenarnya aku malu untuk menceritakan ini. Namun untuk pelajaran buat semuanya, agar tidak mendapati hal yang sama seperti yang aku alami. 

Pada waktu itu, kami benar2 panik. Papa dan adik2 sudah pulang ke Lampung. Tinggal aku, mama dan hani (adik bungsuku). Tak tahulah akan jadi apa lubang itu. Mama terus membersihkannya. Kemudian mama menelpon papa untuk mengabari, dilanjutkan menelpon teteh meminta nomor telpon dokter yang membedah aku waktu itu. Kami pikir dokter yang membedahku yang harus bertanggung jawab. Karena dia yang tahu seluk beluk mengapa ini bisa terjadi.

Akhirnya teteh memberi nomor telpon sang dokter juga ia berencana untuk ke Bogor, ingin melihat lukanya. Mama langsung menelpon sidokter, terjadi pembicaraan panjang disana. 

“Luka operasinya bernanah dok terus keluar darah. sekarang malah berlubang”. lapor mama
“tapi darahnya ga abis kan?” ucap dokter sambil melayangkanhumornya
Kami tertawa mendengarnya.
“bawa aja ke RSUD lagi bu. nanti kita bantu” lanjut sidokter
“dokter gimana sih, katanya sudah boleh kuliah. Kita sudah di Bogor.” ucap mama
“oh di Bogor ya. Gapapa kok bu itu infeksi biasa. Kalo ga bisa ke Lampung, periksa di Bogor aja sama dokter bedah yang ada disana” ucapdokter memberi solusi.

Esoknya teteh datang, kami berencana untuk periksa sorenya. Kali ini RS BMC, karena dapat laporan dari kawan sekosan bahwa di BMC cukupbagus pelayanannya. Setelah mendaftar, kemudian menunggu di ruang tunggu poliklinik. Waktu itu dapat antrian ke 15, sehingga dapat giliran sekitar pukul20.00 wib.

Saat luka di buka, lukanya masih sama. Berlubang. Yang satu cukup besar, satunya lagi kecil. Rasa sakit kembali hadir, dokter membersihkan lubang itu sampai bagian dalamnya. Cukup lama. Kemudian seperti digunting.  Aku hanya bisa meringis. Mama tidak tega melihat, hanya tetehku yang bertahan melihat sampai selesai. Setelah beres, luka tersebut di pasang kain kassa anti air. Pada waktu itu lubangnya menjadi begitu besar.

“Rabu kesini lagi ya” ucap dokter

Ia bilang bahwa aku harus melakukan perawatan luka sampai luka benar2 tertutup. Seminggu 2x kontrol ke BMC, katanya. Itu Artinya harus siap dompet yang tebel. Aku hanya bisa berdo’a semoga rezeki papa lancar dan barokah. (pah, maafkan anakmu yang seringmerepotkan)

Setelah 2 minggu di Bogor, mama harus pulang. Adik-adikku di rumah tidak ada yang mengurusi. Insya Allah Aku akan baik-baik saja, ucapku padanya. Hari Rabu dan Sabtu jadwal kontrol yang selalu ku ikuti tanpa alpha.

"Buah kesabaran itu akan di petik setelah susah payah." begitu kata orang bijak

Tepat sebulan sejak kedatanganku di Bogor, 8 kali bulak balik kontrol ke dokter. Akhirnya, dokter memberi berita gembira, "Lukanya sudah tertutup rapat. Ga perlu lagi kontrol"

"Alhamdulillah..."

Berkali-kali ku panjatkan syukur padaNya. Bayangpun, Jutaan sudah habis dalam 1 bulan hanya untuk kontrolku. Juga untuk operasiku. Kini, aku sudah SEHAT. Aku SEHAT!!!!!!

catatan dari dokter:
1. Hindari olahraga ekstrim untuk sementara. misal: mendaki gunung, renang, olahraga beladiri dan semacamnya
2. Usahakan tidak mengangkat yang berat-berat juga hindari kecapaian
3. Kalau ada apa2 periksa lagi ke dokter

Point 3 yang tidak ku harapkan. Semoga tak akan pernah kembali ke sana. Insya Allah.

***
Terima kasih banyak mama, papa dan adik2 juga teteh2ku. 

Thanks yang udah baca cerita ini sampai habis. Semoga kamu ga mengalami seperti yang ku alami. 

-Jagalah kesehatan sebelum ia pergi darimu-

Comments

Popular posts from this blog

Kolam Renang Khusus Wanita di Bogor