Karena Al-Qur'an, kita bertemu
Dia, seorang yang terlahir dari keluarga super sibuk. Panggil saja bunga. Hanya 2 bersaudara, dia anak bungsu. Kakaknya perempuan, usianya berbeda 5-6 tahun namun bermukim di New York karena lahir disana, sehingga memilih kewarganegaraan usa.
Ibunya, doktor lulusan USA, pejabat di perusahaan multinasional yg ada di singapore dan tergabung juga dalam aliansi pengusaha indonesia di sana, bisa dibilang jarang pulang, suatu hari dia pernah cerita sudah 2 minggu belum pulang karena ada pekerjaan. :(
Bapaknya kerja di Jakarta -saya tak tahu pasti profesinya- Pergi pagi Pulang larut malam. Sehari-hari di rumah hanya sendiri, ditemani mba-mba ART yang mengurusi pekerjaan rumah.
Dia anak yang pandai sepertinya. Bahasa inggrisnya juga patut di acungkan jempol, ya wajar ya dr TK sampe SMP di sekolahkan di sekolah yg pake curiculum cambridge dan ngobrol dengan orang tuanya pun sering dengan bahasa inggris (pernah denger saat mereka ngobrol by phone di sela2 pertemuan belajar). Cita-citanya ingin menjadi astronout.
Saat pertama bertemu di kediamannya. Awalnya saya hanya mengantar mb X untuk keperluan mengajar privat. Hari itu hanya ngobrol saja (kontrak privat) dengan ibunya dan dia, belum mulai mengajar. Ternyata mb X sudah memiliki jadwal yang penuh, kemudian ia melempar beban itu ke saya.
Privat Al-Qur'an! Sebuah beban berat bagi saya:
1. belum pernah mengajar privat
2. ngajar qur'an? tajwid aja masih belum sempurna
Meski begitu, tetaplah saya mengajar. Akhirnya, mulailah pekan depan.
Ibunya berpesan "tolong juga ajarkan baca doa-doa".
Saat itu dia baru kelas 2 SMP, sehingga saya harus menyesuaikan dengan gaya anak SMP. gak kaku. Sulit sebenarnya.
Di pertemuan pertama, barulah saya tau bahwa ia belum bisa baca al-qur'an. Sudah lama tidak mengaji, katanya. Huruf hijaiyah pun banyak yang sudah lupa. Baik-baik ku sampaikan padanya untuk kembali ke IQRA. Alhamdulillah mau.
Sebelum denganku sebenarnya sudah privat juga namun gurunya sering tidak hadir. Privat ini pun ada karena keinginan dia sendiri, masyaAllah.. jadi saya harus memberi apresiasi yang tinggi karena sudah mau belajar al-qur'an.
Tibalah di pertemuan selanjutnya, iqra sudah siap di atas meja. Saya mulai dari Iqra 1. Segala metode saya coba cari dan praktekan, agar dia bisa ingat lagi huruf hijaiyah dan bisa mengikuti materi iqra per lembarnya. Kadang di selingi dengan games huruf hijaiyah juga dengan mengajarkan baca doa.
Jam belajar selama 1,5 jam selalu selesai saat magrib tiba, jadi ketika saya sudah mulai merasa "klik" sama anak ini, setelah 4 pertemuan mungkin ya, saya mulai ajak sholat magrib berjamaah bersama, dari situ saya jadi tau bahwa wudhu, bacaan setelah wudhu dan bacaan sholat pun belum di hafalnya..
Apalah saya dgn minimnya ilmu saya.. Intinya saya hanya bisa mengajarkan semaksimal yang saya bisa.
Pertemuan kami hanya seminggu sekali setiap kamis pukul 16.30. Seperti hari ini... hari kamis.
Hari berganti, Bulan berganti, Tahun berganti.. hampir setahun. Alhamdulillah, akhirnya dia bisa membaca Al-Qur'an meski masih terbata-bata. Kamis pekan kemarin adalah perpisahan kami, karena dia akan pindah ke Singapore untuk melanjutkan sekolah. Al-Baqarah ayat 4 adalah ayat terakhir yang mengakhiri pertemuan kami.
Hanya bisa ku hadiahkan Al Qur'an dan Mukena agar terus semangat untuk belajar.
Sedih, masih banyak yang belum saya beri. Belum semua ilmu al-qur'an yang saya punya, saya beri. Ya Allah maafkan hamba..
Saya berharap pada Allah agar dia menjadi cahaya buat keluarganya karena dalam dirinya sudah muncul potensi kebaikan (hanya saja perlu di gali). Semoga di negeri singa sana, Allah pertemukan dengan muslim-muslim yang hanif yang bisa mengenalkannya akan keindahan islam yang membuat dia semakin dekat dengan-Nya.
Saya menyayanginya karena Allah.
Ibunya, doktor lulusan USA, pejabat di perusahaan multinasional yg ada di singapore dan tergabung juga dalam aliansi pengusaha indonesia di sana, bisa dibilang jarang pulang, suatu hari dia pernah cerita sudah 2 minggu belum pulang karena ada pekerjaan. :(
Bapaknya kerja di Jakarta -saya tak tahu pasti profesinya- Pergi pagi Pulang larut malam. Sehari-hari di rumah hanya sendiri, ditemani mba-mba ART yang mengurusi pekerjaan rumah.
Dia anak yang pandai sepertinya. Bahasa inggrisnya juga patut di acungkan jempol, ya wajar ya dr TK sampe SMP di sekolahkan di sekolah yg pake curiculum cambridge dan ngobrol dengan orang tuanya pun sering dengan bahasa inggris (pernah denger saat mereka ngobrol by phone di sela2 pertemuan belajar). Cita-citanya ingin menjadi astronout.
Saat pertama bertemu di kediamannya. Awalnya saya hanya mengantar mb X untuk keperluan mengajar privat. Hari itu hanya ngobrol saja (kontrak privat) dengan ibunya dan dia, belum mulai mengajar. Ternyata mb X sudah memiliki jadwal yang penuh, kemudian ia melempar beban itu ke saya.
Privat Al-Qur'an! Sebuah beban berat bagi saya:
1. belum pernah mengajar privat
2. ngajar qur'an? tajwid aja masih belum sempurna
Meski begitu, tetaplah saya mengajar. Akhirnya, mulailah pekan depan.
Ibunya berpesan "tolong juga ajarkan baca doa-doa".
Saat itu dia baru kelas 2 SMP, sehingga saya harus menyesuaikan dengan gaya anak SMP. gak kaku. Sulit sebenarnya.
Di pertemuan pertama, barulah saya tau bahwa ia belum bisa baca al-qur'an. Sudah lama tidak mengaji, katanya. Huruf hijaiyah pun banyak yang sudah lupa. Baik-baik ku sampaikan padanya untuk kembali ke IQRA. Alhamdulillah mau.
Sebelum denganku sebenarnya sudah privat juga namun gurunya sering tidak hadir. Privat ini pun ada karena keinginan dia sendiri, masyaAllah.. jadi saya harus memberi apresiasi yang tinggi karena sudah mau belajar al-qur'an.
Tibalah di pertemuan selanjutnya, iqra sudah siap di atas meja. Saya mulai dari Iqra 1. Segala metode saya coba cari dan praktekan, agar dia bisa ingat lagi huruf hijaiyah dan bisa mengikuti materi iqra per lembarnya. Kadang di selingi dengan games huruf hijaiyah juga dengan mengajarkan baca doa.
Jam belajar selama 1,5 jam selalu selesai saat magrib tiba, jadi ketika saya sudah mulai merasa "klik" sama anak ini, setelah 4 pertemuan mungkin ya, saya mulai ajak sholat magrib berjamaah bersama, dari situ saya jadi tau bahwa wudhu, bacaan setelah wudhu dan bacaan sholat pun belum di hafalnya..
Apalah saya dgn minimnya ilmu saya.. Intinya saya hanya bisa mengajarkan semaksimal yang saya bisa.
Pertemuan kami hanya seminggu sekali setiap kamis pukul 16.30. Seperti hari ini... hari kamis.
Hari berganti, Bulan berganti, Tahun berganti.. hampir setahun. Alhamdulillah, akhirnya dia bisa membaca Al-Qur'an meski masih terbata-bata. Kamis pekan kemarin adalah perpisahan kami, karena dia akan pindah ke Singapore untuk melanjutkan sekolah. Al-Baqarah ayat 4 adalah ayat terakhir yang mengakhiri pertemuan kami.
Hanya bisa ku hadiahkan Al Qur'an dan Mukena agar terus semangat untuk belajar.
Sedih, masih banyak yang belum saya beri. Belum semua ilmu al-qur'an yang saya punya, saya beri. Ya Allah maafkan hamba..
Saya berharap pada Allah agar dia menjadi cahaya buat keluarganya karena dalam dirinya sudah muncul potensi kebaikan (hanya saja perlu di gali). Semoga di negeri singa sana, Allah pertemukan dengan muslim-muslim yang hanif yang bisa mengenalkannya akan keindahan islam yang membuat dia semakin dekat dengan-Nya.
Saya menyayanginya karena Allah.
Comments
Post a Comment